kesenian
tari Glipang di kemas menjadi 6 Tarian
1. Remo Terbang Glipang
2.
Rudad Terbang Glipang
3. Terbang Glipang Ngarak
4. Loro Pangkon
Terbang Glipang
5. Tari Koncar Terbang Glipang
6. Gebyar
Terbang Glipang
“
kalian semua
pasti belum tahu apa si itu tari glipang…
wah wah wah…!!!
Gk maw jadi orang katrok…
!!!! ayo baca dbwh ini…
yuk yuk yuk…
cemungut….>_<
“
Kesenian
tari Glipang berkembang dan dikenal di wilayah Kabupaten Probolinggo
dan daerah sekitarnya, seperti Kabupaten Lumajang, Jember dan
Pasuruan. Kesenian tradisional ini sangat digemari masyarakat di
daerah-daerah tersebut.
Kesenian
tradisional lainnya di propinsi Jawa Timur, masing-masing memiliki
ciri-ciri khusus sehingga antara yang satu dapat dibedakan dengan
yang lainnya. Jenis kesenian Glipang mempunyai ciri-ciri tersendiri
dan unsur pesona khusus bag penonton yg melihatnya.
Di
zaman modern ini dan derasnya arus pengaruh kebudayaan asing,
kesenian tari Glipang di Jawa Timur ini masih bertahan tegar dan
kokoh bahkan menunjukkan gejala semakin meluas.
Tari
Glipang
Tari
Glipang adalah sebuah tari rakyat yang merupakan bagian dari pada
kesenian tradisional Kabupaten Probolinggo.Tidak ada bedanya dengan
tari Remo
yaitu sebuah tari khas daerah Jawa Timur yang merupakan bagian dari
kesenian Ludruk Kesenian
Glipang ialah suatu jenis kesenian pertunjukan, yang membawakan
lakon-lakon tertentu (pertunjukan berlakon) yang biasanya
dipergelarkan semalam suntuk. Tema lakon bernafaskan dalam agama
Islam antara lain tentang kejayaan Islam dan menceritakan kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Istilah
Glipang belum dapat dipastikan asal-usulnya, arti kata “glipang”
berasal dari istilah dalam bahasa Arab “goliban”,
yang mengandung makna tentang suatu kebiasaan kegiatan yang dilakukan
oleh para santeri di pondok dalam kehidupan sehari-hari.
Penyajian
tari Glipang
Tari
Glipang sebagai suatu kesenian pertunjukan, Bentuk dan jenis
pertunjukannya disesuaikan dengan selera masyarakat (penonton atau
penyelenggara pertunjukan penanggap), misalnya tentang isi lakon dan
waktu yang dikehendaki. Pada umumnya penonton menyukai
penyelenggaraan dengan waktu yang lama atau semalam suntuk. Dalam
penyajian demikian maka ditampilkan berulang-ulang bagian-bagian
tertentu yang dianggap penting atau digemari oleh masyarakat.
Pengulangan bagian-bagian tertentu seni itu dirasa memantapkan
penyajian kesenian Glipang dan kenikmatan selera penonton. Akibat
adanya aspek kemantapan ini, maka usaha menata seni Glipang antara
lain dalam bentuk pemadatan penyajian dianggap menyalahi aturan yang
berlaku dalam penyajian.
Penyajian
kesenian glipang semalam suntuk terbagi atas tahap-tahap BERIKUT:
-
Tahap ke satu:
Tari Ngremo Glipang (Tari Kiprah Glipang). Tari ini merupakan bentuk
tari yang digunakan untuk mengawali pertunjukan seni glipang.
-
Tahap ke-dua:
Tari Baris. Tarian ini dibawakan oleh para penari pria, biasanya
disertai penampilan seorang pelawak pria.
-
Tahap ke-tiga:
Tari Pertemuan. Tarian dibawakan oleh penari pria dan wanita dalam
komposisi berpasangan, disertai dua pelawak pria dan wanita. Peragaan
tarian wanita dibawakan oleh penari pria dan dalam adegan ini kedua
pelawak berdialog lucu (melawak).
Musik
pengiring
Kesenian
Glipang kecuali disajikan dalam bentuk tari dan drama (sandiwara)
juga diiringi musik dan vokal.
Alat
musik yang digunakan terdiri dari:
-
Dua ketipung
besar, yakni lake’an dan bhine’an, ditabuh tingkah meningkah
(saling mengisi). Ketimpung laki-laki (lake’an) berfungsi memimpin
dan memberikan tekanan-tekanan gerak.
-
Satu jedhor,
untuk memberikan tekanan-tekanan tertentu untuk semelehnya
(konstannya) irama.
-
Tiga sampai lima
terbang/kecrek, berfungsi mengisi lagu dengan cara memberikan suara
di antara degupan.
Lagu-lagu
yang dibawakan:
-
Lagu Awayaro,
sebagai lagu pembukaan menjelang penyajian tari kiprak Glipang.
-
Pantun berlagu
bebas, dibawakan secara bergantian pada penyajian tari pertemuan.
Sejarah
kesenian glipang ……………………… “
Wah wah yuk kita etau sejarahnya “
Kesenian
glipang lahir di desa Pendil, Kecamatan Nanyanyar, 12 km di tenggara
kota Probolinggo. Mata pencaharian penduduknya adalah dagang dan tani
berdasarh Madura dan pemeluk agama Islam patuh. Kesenian Glipang
direvitalisasi dan dipopulerkan oleh seorang penduduk desa Pendil
bernama Sarituno, dimaksudkan sebagai sarana hiburan tahun 1935.
Nampaknya
latar belakang sosial dari kehidupan Sarituno sangat berpengaruh
dalam seni ciptaannya yang bernama Glipang ini. Sarituno adalah
pendatang dari Pulau Madura, menetap di pantai utara Pulau Jawa (Jawa
Timur) di desa Pendil, tersebut. Mula-mula ia adalah mandor penebang
tebu di pabrik gula Sebaung, Kecamatan Gending, Kabupaten
Probolinggo. Karena sering terjadi pertentangan dengan sinder-sinder
Belanda yang sewenang-wenang tingkah lakunya, maka Sarituno memilih
berhenti bekerja di pabrik gula tersebut.
Jiwa
perlawanan terhadap penjajah Belanda itu mempengaruhi kesenian
Glipang ciptaannya, sebagai ekspresi jiwanya tersebut tertuang dalam
bentuk tari kiprak Glipang.
Secara
umum dapat diutarakan ciri-ciri penyajian kesenian Glipang :
-
Pola
penyajian memiliki struktur tertentu dan tema tertentu.
-
Lagu-lagu
bernafaskan agama Islam.
-
Alat
musik yang digunakan terdiri dari satu jedhor, dua ketipung besar
(lake’an dan bhine’an), tiga sampai lima terbang/kecrek.
-
Pola
permainan musik merupakan ansamble dari jedhor, terbang/kecrek dan
vokal.
-
Bahasa
yang digunakan dalam vokal/dialog ialah bahasa Jawa dan Madura
dibumbui bahasa Arab.
-
Unsur-unsur
gerak, kreativitas pribadi dari unsur-unsur gerak pencak silat.
-
Tokoh-tokoh
pelaku sesuai dengan lakon yang dibawakan.
Fungsi
kesenian tari glipang
Dalam
kehidupan sehari-hai masyarakat Probolinggo, kesenian Glipang tetap
semarak sebagai suatu jenis kesenian yang digemari oleh rakyat.
Kesenian Glipang sering ditampilkan pada acara-acara resepsi, bersih
desa, panen raya, hajatan keluarga dan sebagainya. Jelaslah bahwa
kesenian Glipang dapat dimanfaatkan sebagai suatu sosio drama, untuk
menyampaikan pesan-pesan pembangunan yang menjadi program pemerintah,
untuk menciptakan suasana persatuan dan kesatuan di kalangan rakyat,
acara khusus dan melestarikan warisan seni budaya yang memiliki
nilai-nilai luhur.
“
GO
Go go jgn kita meninggalkan Budaya TARI GLIPANG ..KEMBANGKAN DAN
LESTARIKAN LAH ,, jangan sampai di akui lagi sama Negara lainnya,,,
cepet di patenkan “